Jumat, 01 April 2016

Resensi Buku Orde Media : Kajian Televisi dan Media di Indonesia Pasca-Orde Baru

Balia (14321047)




  • Judul                 :  Orde Media : Kajian Televisi dan Media di  Indonesia Pasca-Orde Baru  
  •  No. ISBN         :  9786020857008
  •  Penulis             :  Yocantra Arief/ Wisnu Prasetya Utomo
  • Penerbit            :  Diandra Primamitra
  •  Tanggal terbit  September - 2015
  •  Berat Buku      :  350 gr
  • Jenis Cover      :  Soft Cover
  •  Kategori          :   Sosial-Politik
  • Text Bahasa     :   Indonesia ·
  • Harga               :   Rp. 55.520

   



   Remotivi, sebuah pusat kajian media dan komunikasi baru saja menerbitkan sebuah buku yang judulnya Orde Media: Kajian Televisi dan Media di Indonesia Pasca-Orde Baru. Buku ini merupakan buku perdana yang diterbitkan Remotivi. Isinya berupa tulisan-tulisan yang pernah tayang di web www.remotivi.or.id .

    Ada 37 tulisan dalam buku ini dengan tema yang merentang dari analisis teks media, kritik terhadap praktik jurnalistik, riset mengenai representasi tayangan televisi, sejarah ekonomi politik industri media, sampai tema mengenai literasi media. Tulisan-tulisan tersebut bisa dibilang menunjukkan respon terhadap industri media di Indonesia pasca-Orde Baru.

    Azhar Irfansyah misalnya, dalam tulisan berjudul Rutinitas Berita dan Sinisme Terhadap Buruh menunjukkan betapa diskriminatifnya media ketika memberitakan tentang buruh, baik itu demonstrasi maupun tuntutan para buruh. Padahal dalam kerangka industri media, wartawan juga merupakan buruh. Azhar menulis bahwa pada satu titik sinisme wartawan terhadap buruh ini merupakan tragedi karena bisa saja wartawan tersebut bekerja untuk majikan yang sama dengan para buruh yang demo. Konglomerasi yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

     Roy Thaniago, dalam Menguji Logika Pandji, mencoba membongkar pandangan-pandangan yang bias kelas dalam merespon tayangan-tayangan televisi yang nirkualitas. Roy mula-mula mengkritik pernyataan Pandji, seorang selebritas, yang kurang lebih menjelaskan bahwa selera masyarakat kelas bawah yang menyebabkan tayangan televisi buruk dan masyarakat dalam industri televisi hanyalah seorang konsumen, bukan warga negara. Roy menyebut bahwa asumsi-asumsi semacam itu banyak diyakini para pekerja televisi sehingga mereka terus memproduksi tayangan yang memenuhi “selera masyarakat”.

     Dalam tulisan Panggil Aku Wartawan, Indah Wulandari menyebut bahwa makna profesionalisme wartawan televisi mengalami pergeseran. Pernah ada masa di mana jurnalis memaknai profesionalisme sebagai bekerja dengan skill dan idealisme jurnalistik yang jelas. Sementara sekarang, berdasarkan laporan Indah, sebagian besar wartawan televisi memaknai profesionalisme sebagai “menurut perintah atasan atau perusahaan”.

     Ariel Heryanto yang memberikan endorsement menyebut bahwa buku ini merupakan “jawaban kolektif terhadap sejumlah kebutuhan informasi, wawasan, dan perdebatan kritis dalam menghadapi ledakan industri media massa di negeri ini.”

     Jadi buat yang ingin tahu tentang bagaimana perkembangan media di Indonesia buku ini sangat bagus untuk dibaca, karena isinya kebanyakan adalah pengalaman pribadi dari setiap narasumber, bahasa yang digunakan juga tidak terlalu rumit.



4 komentar:

  1. bisa beli buku ini dimana ya ?

    BalasHapus
  2. Buku bisa dg kontak penerbit INSISTPress, press@insist.or.id

    BalasHapus
  3. Terimakasih telah mereview buku INSISTPress. Rehal buku ikut dilansirkan di link: http://blog.insist.or.id/insistpress/arsip/13332

    BalasHapus
  4. Rehal buku ikut dilansirkan di link: http://insistpress.com/katalog/orde-media-kajian-televisi-dan-media-di-indonesia-pasca-orde-baru/

    BalasHapus